Bergegas Menuju Allah

Supir Saya

Kita tidak mengenal Allah. Itu yang menyebabkan kita tidak menyambut kedatangan-Nya. tidak di shalat fardhu, dan lebih tidak lagi di shalat tahajjud. Beruntunglah orang-orang yang tahu bahwa Allah itu selalu datang. Datang dengan segala karunia-Nya, datang dengan segala pertolongan-Nya. Baca pos ini lebih lanjut

Kita Sering Habis-habisan Berbuat untuk Sesuatu yang Justru Akan Kita Tinggal

Daarul Qur’an Method    Kita sering habis-habisan berbuat untuk sesuatu yang justru akan kita tinggal. Sedang untuk sesuatu yang bakal abadi, sering kita tidak sungguh-sungguh. Baca pos ini lebih lanjut

Terkadang, Tanpa Sadar, Kita Memberi Perintah Kepada Allah

Tidak ada pekerjaan terpenting dalam kehidupan kita, kecuali menunggu datangnya shalat, dan menyegerakan shalat.

Dalam satu dialog ada yang bertanya kepada saya bahwa tanpa sadar kita sering memberi perintah kepada Allah. “Tahu ga Ustadz, perintah apa tuh kira-kira?”.

Saya memilih diam. Menikmati nasihat yang sedang datang ke saya.  Sejak awal bicara, saya memilih belajar saja.

“Perintah yang dimaksud, perintah tunggu…” katanya melanjutkan.

Pembicaraan saat itu sedang membicarakan shalat tepat waktu. Saya langsung merespon membenarkan. “Iya juga. Perintah tunggu ya?”

Coba aja lihat, kata orang ini. Ketika Allah memanggil, lewat muadzdzin, kita masih asyik dengan dunia kita. Tidak sadar bahwa Allah sudah memanggil kita untuk sujud dan ruku’ menghadap-Nya. Sebagian lagi mendengar, tapi tidak bergerak. Sebagiannya malah tidak bisa lagi mendengar. Tertutup oleh kesibukannya bekerja, berusaha dan mencari dunia.

Bener. Rupanya kita ini memberi satu pengkodean terhadap Allah, di hampir di setiap 5 waktu shalat. Yaitu pengkodean perintah “TUNGGU”. Luar biasa.

Jadilah Allah “Menunggu” kita. Sungguh tidak ada pantas-pantasnya. Masa Allah disuruh menunggu kita, iya ga?

***
Perintah “Tunggu”

Tidak ada yang lebih penting di dunia ini yang harus kita kerjakan kecuali shalat. Shalatlah pekerjaan utama kita, sedang yang lainnya adalah pekerjaan sambilan.

Apa yang terjadi dengan diri Anda ketika Anda mendengar Azan? Apakah langsung bergegas memenuhi panggilan azan tersebut, lalu melaksanakan shalat? Atau biasa-biasa saja? Kalau Anda tidak segera bergegas menyambut seruan itu, maka ketahuilah kita termasuk yang berkategori memberi perintah kepada Allah. Yaitu perintah “tunggu” tersebut.

Perintah “tunggu” kepada Allah ini berarti:

# Tunggu ya, saya sedang melayani pelanggan.

# Tunggu ya, saya sedang nyetir.

# Tunggu ya, saya sedang menerima tamu.

# Tunggu ya, saya sedang nemani klien.

# Tunggu ya, saya sedang rapat.

# Tunggu ya, saya sedang dagang nih.

# Tunggu ya, saya sedang belanja.

# Tunggu ya saya sedang belajar.

# Tunggu ya saya sedang ngajar.

# Tunggu ya saya sedang merokok.

# Tunggu ya, saya sedang di tol.

# Tunggu ya, saya sedang dalam terburu-buru.

# Tunggu ya saya sedang tidur.

# Tunggu ya, saya sedang bekerja. Dan seterusnya.

Coba aja berkaca kepada diri sendiri, dan kebiasaan ketika menghadapi waktu shalat. Perintah tunggu inilah yang kita berikan kepada Allah. Adzan berkumandang… Allahu akbar, Allahu akbar… Bukannya kita bergegas menyambut seruan itu, malah Allah kita suruh menunggu…

***

Siapa sih kita?

Sesiapa yang tidak mengusahakan shalat di awal waktu, sungguh dia adalah orang yang tidak mengenal Allah. Rizki-Nya lah yang selalu kita cari. Pertolongan-Nya lah yang sedang kita butuhkan. Dan Allah datang di setiap waktu shalat membawa apa yang kita butuhkan, memberi apa yang kita inginkan, di luar kebaikan-Nya yang bersifat sunnatullah.

Kita ini, manusia, makhluk ciptaan Allah. Diciptakan dari saripati tanah. Kita ada, lantaran ada hubungan yang diizinkan Allah dari hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian terjadilah kita. Ya, dari sperma, kita menjadi manusia. Makanya Allah menyindir di surah Yaasiin ayat ke-77, bagaimana mungkin manusia yang diciptakan dari saripati tanah lalu tiba-tiba menjadi pembangkang? Menjadi pendurhaka kepada Allah?

Tapi ya begitulah. Kita ini emang manusia yang ga tahu diuntung dan ga tahu diri. Kita ga kenal siapa kita. Lihat saja, berani-beraninya kita “memerintah” Allah untuk menunggu kita. Iya kan?

Sedangkan, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, seorang kopral, ga boleh dia memerintah sersan. Sersan, ga boleh memerintah kapten. Mayor, tidak bisa memerintah Jenderal, dan seterusnya. Hirarki itu, terjadi. Bahkan, seorang polisi yang berdiri di pinggir jalan, lalu lewat mobil jenderal, lalu dia tidak mengangkat tangan tanda hormat, maka secara kesatuan, ini akan jadi masalah buat dia.

Nah, sekarang, tanya, siapa kita, dan siapa juga Allah? Terlalu amat sangat jauuuuuuhhhhh hirarki kedudukannya. Lah, bagaimana mungkin kemudian kita membiarkan Allah menunggu kita, atau kita memberikan perintah tunggu kepada-Nya, untuk menunggu kita? Astaghfirullah.

Insya Allah orang bisa rada selamet soal shalat, ketika bisa berpikir begini, “Jangan sampe Allah menunggu saya. Kalo bisa, saya yang menyambut Allah. Sebab ga ada pantes-pantesnya. Masa Raja Diraja, Pemberi Karunia, yang dirindukan pertolongan-Nya dan bantuan-Nya, yang dinikmati rizki-Nya, lalu jadi yang menunggu saya? Emangnya, siapa saya?”.

***
Renungkan tiga esai ini dulu ya sebagai bahan kuliah hari ini. Kepada Allah kita berharap sejak ini TAUHID kita BUNYI. Maksudnya, ilmu tauhid kita itu nyata, berpengaruh ke kehidupan kita. Yakni manakala kita berusaha mengenal Allah di saat Allah datang saja dulu di waktu shalat.

Likulli syai-in baabun. Wa baabut taqorrub ilallaahi, ash-sholaah; segala sesuatu ada pintunya. Dan pintu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah itu adalah shalat.
Materi kuliah ini didownload dari  http://www.kuliahonline.wisatahati.com

Saat Waktunya Sholat, Sholatlah

Bagi jamaah peserta kuliah, kita belajar meyakini, kalaulah sampe kita-kita ini bermasalah hidup di dunia ini, lalu masalah kita itu bisa mengantarkan kita menjadi mengingat Allah, ga apa-apa juga. Terlalu mahal tebusannya bila tiada dapat mengingat Allah, meskipun bergelimang harta dan bagus jabatan.

Boleh jadi di antara saudara yang melakukan ibadah-ibadah mengaku belum ada tanda-tanda masalahnya bisa selesai. Namun sesuatu yang pasti, ketenangan yang luar biasa, Allah akan berikan kepadanya. Ketika seseorang berhutang misalnya, bisa saja terjadi satu demi satu mereka yang ia punya hutang kepadanya, membaik dan menjadi kawan. Menagih tetap menagih. Insya Allah selalu ada saja kemudahan yang membuatnya masih terasa punya banyak waktu. Kita-kita ini harus yakin, pertolongan Allah bakal datang juga kepada kita. Baca pos ini lebih lanjut

Ubahlah Kehidupan Kita Bersama Allah

Apa-apa kalau sendirian, pasti susah. Dan apa-apa kalau dikerjakan secara tim, pasti lebih mudah. Apalagi Allah sebagai partner kita. Subhaanallaah.

Melanjutkan kajian esai Kuliah Tauhid terdahulu, di mana kemaren kita belajar tentang kisah perubahannya seorang sekuriti sebab ia ubah kebiasaannya beribadah dan menjalani sedikit ilmu yang didapatnya dengan keyakinan tinggi.

Maka bila diresapi bersama itu tulisan, seharusnya menginspirasikan satu hal buat kita. Bahwa setiap orang bisa berubah dengan mudah, asal dia tidak sendirian mengubah keadaan dirinya. Berubahlah bersama orang-orang yang positif, yang mampu bersama-sama menuju perubahan. Apalagi bila kita mau berubah bersama Allah. Baca pos ini lebih lanjut

Bergerak Menuju Allah

Banyak yang mau berubah,  tapi memilih jalan mundur.

Dalam Kuliah Tauhid ini saya mengajak peserta KuliahOnline untuk segera bangun menuju Allah. Benahin apa yang bisa dibenahin. Ada yang bertanya, waduh saya ga ngerti apa-apa nih? Dosa melulu, ga paham ngaji, ga paham ibadah. Ga apa-apa. Jalan saja. Pergi saja ke Allah. Sebisanya. Artinya ya mulai saja shalat seshalat-shalatnya, sepuasa-puasanya, sengaji-ngajinya. Insya Allah ketika kanal materi selain esai Kuliah Tauhid ini dibuka, itu sama saja dengan pembekalan akan dibekali saban hari. Dan insya Allah ragam kuliah akan membuat lengkap bekal berjalan menuju Allah. Baca pos ini lebih lanjut

Sungguh, Allah itu Teramat Dekat

Tanggal 30 Agustus 2008, diselenggarakan pertemuan tatap muka (kopi darat) antar-peserta, pengelola web, dan saya. Tapi saya meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Peserta KuliahOnline yang datang di pertemuan kemaren sore sebab saya harus keluar dari pesantren.

Subhaanallaah, saya berdoa semoga semuanya menikmati sajian Allah di dalam kehidupan pesantren yang mereka berada di dalamnya. Ketika saya memonitor lewat handphone, terdengar suara asaatidz pondok beserta para santri yang mengaji surah al Waaqi’ah yang mudah-mudahan diikuti oleh semua Peserta KuliahOnline. Maghrib dan isya juga dilakukan di pesantren bersama-sama dengan para calon Penghafal al Qur’an yang dibina di Daarul Qur’an. Baca pos ini lebih lanjut

Biarlah Allah yang mengatur hidup kita

Andai kita menebus segala kesalahan kita dengan dunia yang kita punya, lalu kita mendapati Allah di sisi kita, tentu ini adalah proses pendekatan diri kepada Allah yang murah adanya.

Seorang bapak datang dalam keadaan bermasalah. Namun berbeda dengan yang lain. Ia datang dengan senyuman. Ia berbagi pengalaman, bahwa ia senang Allah bangkrutkan. Baca pos ini lebih lanjut

Setiap Masalah Pasti Berakhir

Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. “Semua ada waktunya”, begitu nasihat ibunya. Baca pos ini lebih lanjut

Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah?

Bagi yang cepat dikabulkannya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.

Baca pos ini lebih lanjut