Ubahlah Kehidupan Kita Bersama Allah


Apa-apa kalau sendirian, pasti susah. Dan apa-apa kalau dikerjakan secara tim, pasti lebih mudah. Apalagi Allah sebagai partner kita. Subhaanallaah.

Melanjutkan kajian esai Kuliah Tauhid terdahulu, di mana kemaren kita belajar tentang kisah perubahannya seorang sekuriti sebab ia ubah kebiasaannya beribadah dan menjalani sedikit ilmu yang didapatnya dengan keyakinan tinggi.

Maka bila diresapi bersama itu tulisan, seharusnya menginspirasikan satu hal buat kita. Bahwa setiap orang bisa berubah dengan mudah, asal dia tidak sendirian mengubah keadaan dirinya. Berubahlah bersama orang-orang yang positif, yang mampu bersama-sama menuju perubahan. Apalagi bila kita mau berubah bersama Allah.

Ya. Ubahlah bersama Allah. Jangan hanya mengandalkan otak saja. Apalagi otot. Andalkan juga kekuatan doa, kekuatan ibadah, dan kekuatan amal saleh. Dalam bahasa yang lebih sederhana, setiap orang yang mau berubah, ubahlah juga porsi doanya, porsi ibadahnya dan porsi amal salehnya. Apalagi kalau perubahan itu bisa diniatkan dari sekarang, alias nawaitu nya dibenerin, dilurusin, wuah, perubahan itu adalah perubahan yang diridhai Allah.

Misalnya, nawaitu kan bahwa kalau kehidupan berubah, maka perubahan ini akan ia bawa ke hal-hal positif; ingin lebih menyenangkan keluarga, orang tua, agar lebih banyak anak yatimnya, agar lebih banyak sedekahnya, agar mudah datang ke pengajian, agar bermanfaat lebih besar lagi buat agamanya Allah, buat orang-orang sekitar.

Tidak bisa seseorang berubah, tanpa adanya perubahan. Sedang memperbesar porsi mikir, porsi kerja, porsi usaha, porsi tenaga, akan membuat manusia keletihan. Ia tidak akan punya banyak waktu untuk menikmati perubahan itu. Yang lebih sering terjadi adalah orang tersebut akan terjebak pada terus menerus di dalam suasana ikhtiar menuju perubahan itu. Kalaupun terjadi perubahan, maka yang akan menikmati adalah orang lain. Bukan dia.

Jadi, kalau ditanya, apakah saya bisa berubah, ya jawabannya, bisa. Seberapa lama perubahan bisa dicapai, dan seberapa bagus kualitas perubahannya, tanya saja seberapa besar dan berkualitasnya usaha untuk menuju perubahan itu.

Perubahan apa sih yang dimaksud?

Perubahan apa saja yang dikehendaki:

  • Keluarga sakit-sakitan.
  • Pekerjaan yang bergaji kecil.
  • Usaha yang tiada menguntungkan.
  • Dagangan rugi terus.
  • Ngajuin modal ga pernah tembus.
  • Bangkrut.
  • Keluarga yang tidak harmonis.
  • Hidup dalam kungkungan hutang.
  • Hidup tanpa pendamping hidup.
  • Rumah tangga tanpa anak.
  • Miskin.
  • Selalu kurang.
  • Selalu hina di mata keluarga, saudara dan tetangga.
  • Berketurunan dari orang-orang rendahan, kepengen anak tidak seperti kita.
  • Kepengen anak lebih maju dari kita hidupnya

Dan seterusnya, mengubah hidup ke arah yang lebih baik.

Sekali lagi, tempuhlah jalan yang berbeda dengan yang orang lain tempuh. Tentu saja bekal-bekal “dunia” ya dijalani. Tapi jangan pake hanya kekuatan dunia saja. Ya itu tadi, cepet lelahnya. Tempuhlah jalan-jalan seperti yang sudah disebut di atas, gunakan tambahan kekuatan doa, kekuatan ibadah, kekuatan amal saleh. Teliti kekurangan dan kelemahan dari sisi ini, supaya ada perbaikan. Ketika ada perbaikan, maka perubahan adalah milik Anda.

Masih belum paham ya? Gini, perubahan yang paling gampang diidentifikasi adalah perubahan ibadah. Bila Anda jadi rajin membuka al Qur’an, rajin membuka buku-buku hadits, ada jam-jam tambahan bercengkrama bersama Allah, sedekahnya bertambah, shalat-shalat sunnahnya juga bertambah, kebaikan-kebaikan pada sekitar bertambah, maka bisa dipastikan, sebentar lagi perubahan benar-benar akan terjadi.

Buat Anda yang bertambah dan berubah, tapi frekuensi ibadah dan amal saleh menjadi berkurang dan melemah, itu sebenernya tanda-tanda kemunduran. Coba saja dirasakan. Dirasakan pake ukuran hati. Pake ukuran kebahagiaan yang hakiki.

***

Bentuk Konkrit Perubahan

Setiap perubahan, butuh langkah konkrit

Seorang kawan bertanya masih seputar bentuk konkritnya atau langkah konkritnya menuju perubahan tersebut.

Maka saya katakan begini, jika posisi Anda saat ini hidup dalam suasana sakit sakitan, lakukanlah petunjuk-petunjuk “dunia”; berolahragalah, jagalah/perhatikanlah makanan yang dimakan, istirahat yang cukup, dan seterusnya.

Terhadap “langkah-langkah dunia”, istilah saya mah orang-orang yang tidak memiliki Allah pun sanggup melakukannya. Tapi, kalau hanya melakukan langkah-langkah dunia ini, maka perubahan yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa dinikmati, kecuali apa yang sekedar kita rasakan saja.

Buat yang perlu penjelasan lagi, begini. Andai kita sakit, lalu kita berobat. Insya Allah sesuai dengan sunnatullah-Nya, kesembuhan itu bisa saja kita dapatkan. Tapi, bila hanya berobat saja, tiada berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah, maka tiadalah yang bisa kita dapat kecuali kesembuhan itu saja. Yang demikian itu sama bila seseorang “hanya bekerja”. Tentu saja ia bisa mendapatkan gaji. Yang tidak punya Tuhan pun akan mendapatkan gaji bila ia bekerja. Namun, sebagai seseorang yang menginginkan Perubahan Besar, maka tiadalah cukup ia bekerja sekedar bekerja. Ia perlu “nilai”. Supaya tidak sekedar bekerja. Saya pernah membesut satu seminar tentang kehidupan yang judulnya: Memaknai kehidupan.

Baiklah, contohnya terlanjur contoh hidup sehat. Maka, langkah konkrit dalam kasus kepengen hidup sehat, selain menempuh cara-cara dunia, cobalah ubah bersama Allah dalam menuju hidup yang sehat, tidak sakit-sakitan dengan cara melakukan hal-hal berikut ini:

  • Pergiat doa. Cari waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Selepas shalat wajib misalnya. Jadilah orang yang rindu dengan waktu shalat, sebab kepengen berdoa setelah usai shalat. Langsung munajat setelah berhadapan dengan Nya di dalam shalat. Syukur-syukur bisa berdoa selepas shalat hajat, dhuha dan atau bahkan tahajjud. Lebih bertenaga.
  • Bila sebelum sakit-sakitan malas-malasan shalatnya, sering telatnya ketimbang tepatnya. Lebih sering malasnya ketimbang rajinnya. Lebih sering sendiriannya ketimbang berjamaahnya… Ubahlah. Jadilah orang-orang yang betul-betul bergiat berubah di urusan yang disebut ini. Datang ke Allah sebelum waktunya. Artinya, sebelum azan, coba datang kepada Allah. Sambut Allah. Jangan sampe Allah menunggu. Kitalah yang menunggu Allah, sebab kita ada keluhan yang ingin disampaikan kepada Nya. Jika sebelumnya kita tiada khusyu’ shalatnya, dan tiada ada usaha untuk khusyu’, kini kita shalat dengan hati dan pikiran kita, bahwa kita shalat membawa penyakit kita untuk diberi Nya kesembuhan.
  • Bila sebelumnya shalat-shalat sunnah malas benar tertegak, maka hidupkanlah shalat-shalat sunnah. Mulai dari qabliyah ba’diyah, dhuha, dan seterusnya. Kalau perlu ambil shalat-shalat sunnah yang jarang orang kerjakan; shalat sunnah tasbih, shalat sunnah syukur wudhu, dan lain-lain. Bila sebelumnya sudah shalat dhuha, tapi masih dua rakaat, tambahin jadi empat. Kalo tadinya sudah empat, jadikan delapan, dan seterusnya.
  • Bila sebelum sakit-sakitan sedikit anak yatimnya, cari lagi anak yatim yang lain sebanyak yang kita mampu sebagai tambahan. Bila sebelum sakit-sakitan, ada sedekahnya, maka sekarang pas sakit-sakitan, tambahin sedekahnya.

Dan kebaikan-kebaikan lain, seperti menjadi ayah yang baik, ibu yang baik, bagi anak-anak Anda, diintrospeksi, diteliti kekurangannya, lalu kebut di sisi ini untuk menjadi ayah dan ibu yang lebih baik lagi. Atau ketika posisi Anda adalah anak, perbaiki hubungan Anda dengan orang tua Anda. Suami menjadi suami yang lebih baik lagi ke istri. Istri menjadi lebih baik lagi ke suami. Tetangga ke tetangganya, saudara ke saudaranya. Insya Allah, perbaikan-perbaikan yang lebih bersifat mental, akhlak, moral, dan atau perbuatan dan sikap sehari-hari inilah yang akan membuat ikhtiar Anda menuju perubahan dan perbaikan hidup menjadi mudah. Mudah, sebab ada keridhaan Allah di sana.

Nanti akan terjadi keajaiban-keajaiban-Nya yang tahu-tahu Anda sudah hidup semakin sehat. Misalnya, di perjalanan ikhtiar menuju sehat, ada seorang kawan yang mereferensikan sesuatu yang ternyata cocok dengan Anda sehingga Anda memperoleh kesehatan sempurna.

Hal-hal di atas bisa diterapkan juga pada kasus-kasus yang lain. Pokoknya, bagi siapa yang menempuh jalan untuk menghadirkan pertolongan Allah, maka Allah akan hadirkan jalan-jalan di luar jalan yang selama ini ia tempuh.

Materi kuliah ini didownload dari    www.kuliahonline.wisatahati.com

Tentang S'Jamil
Pertama-tama saya adalah seorang anak manusia. Kemudian saya adalah seorang suami, kemudian seorang ayah. Namun tetap saya adalah seorang anak manusia, meski sudah menjadi seorang suami dan seorang ayah.

Tinggalkan komentar